Filsafat Umum dan Filsafat Kristen


Socrates, seorang filsuf yang terkenal, mengatakan bahwa ia tidak mengetahui apa-apa, tetapi ia ingin sekali mencari kebenaran. Pengakuan ini terlihat dari gaya mengajar Socrates kepada murid – muridnya. Berikut contoh percakapan antara Socrates (S) dengan murid-muridnya (M):

S     : apakah yang dimaksud dengan serangga (insect) itu?
              Sering kali orang mengatakannya, sehingga saya ingin mengetahuinya.
    M     : Serangga ialah binatang kecil bersayap (menjawab dengan yakin).
     S         S      : Kalau begitu, tentu ayam pun boleh kita sebut serangga. Sampai sekarang saya yakin bahwa                 ayam itu bukan serangga.
M     M         : Ayam bukan demikian kecilnya hingga dapat dinamai serangga. Ayam itu amat besar kalau                 dibandingkan dengan serangga.
    S      ; Jadi, serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap.
    M     : Betul.
    S           S     : kalau demikian; burung pipit dapat dinamai serangga; sebab dia demikian kecilnya.
    M     : Tidak! Burung sekali-kali tidak dapat dinamai serangga.
    S          S       : Jadi, serangga ialah binatang yang amat kecil, dia bersayap, tetapi bukan jenis burung.
    M     : Benar!
    S          S      : kemarin saya memasuki sebuah toko, di dalamnya saya melihat-lihat kaleng-kaleng kecil.                    Pada kaleng itu tertulis: “Tepung keating yang paling ampuh untuk memberantas serangga”.                Pada kaleng itu terdapat beberapa binatang kecil bukan dari jenis burung, tetapi tidak                          mempunyai sayap, misalnya: kutu busuk, semut. Rupanya mereka salah menamakan                            binatang tersebut sebagai serangga. Sebab semua binatang itu tidak bersayap. Masuk                            akalkah  serangga itu tidak bersayap menurut yang telah kita tetapkan itu?
   M      : Binatang tersebut memang serangga, semua orang tahu itu.
    S      : Aneh, aneh. Jadi, apa arti serangga sekarang menurut pikiranmu.
Apakah sekarang kau berpendapat bahwa serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang-kadang tiada sayap? Sesungguhnya pendapat ini amat berlawan-lawanan.
M    M : Celaka! Pertanyaan – pertanyaan orang ini membosankan. Cobalah tuan sendiri menerangkan kepada saya, apa arti serangga itu, supaya saya puas dan tuan pun puas.
S     S : Bukanlah dari tadi saya katakana bahwa saya sendiri pun tidak mengetahui. Tetapi kendaptipun demikian, marilah kita lihat bersama – sama, moga-moga kita sampai juga pada hakikat yang sebenarnya. Jalan yang paling baik kita ambil 3 atau 4 ekor serangga dari jenis yang bermacam-macam itu, kemudian kita bandingkan yang satu dengan yang lain, untuk mengetahui sifat-sifatnya yang sama. Apakah serangga yang akan kita ambil?
    M     : mari kita ambil kupu-kupu, semut, serangga dan kumbang.
    S      : Bagus!

            Maka diselidikilah dan diperhatikan bersama-sama binatang-binatang tersebut. Sementara Socrates pun banyak mendatangkan pertanyaan untuk membuka pikiran itu. Kemudian sampailah mereka pada pengertian yang sebenarnya, yaitu ;
“Serangga ialah binatang beruas, berkulit kesat, lagi keras, kakinya enam, mempunyai sayap, atau bekas sayap”
            Dari  contoh percakapan ini, terdapat 3 tingkat pikiran, yaitu :
1.        Yakin yang tiada berdasar.
2.        Bimbang dan ragu-ragu tentang pendapat semula dan ingin mengetahui yang sebenarnya.
3.        Yakin yang berdasarkan kepada penyelidikan dan cara berpikir yang betul.

Ini yang dimaksudkan dengan Filsafat, pengetahuan yang diperoleh lewat pengamatan atau pun penalaran dan berusaha disusun menjadi suatu bagan yang koheren. Artinya hasil dari perenungan filsafat itu bersifat runtut; tidak terjadi kontradiksi. Filsafat berusaha memperoleh penyelesaian atau jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan agar dapat dipahami. Yang dinamakan penyelesaian ialah pernyataan yang terbukti benar.

Jadi Filsafat Kristen dimaksudkan untuk mengarahkan filsafat umum guna memuliakan Allah. Filsafat Kristen merupakan daya upaya manusia supaya kemajuan ilmu pengetahuan direkayasa oleh ilmu filsafat, sehingga akhirnya semua ilmu pengetahuan mengakui keberadaan Allah dan memuliakan Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MINTALAH KEPADA-KU MAZMUR 2:8

CINTA ITU PERLU LOGIKA

Cara Pemulihan bagi Pemuda/i yang Sedang Mengalami Broken Home